Tujuh Kesalahan yang Harus Dihindari dalam Decision Making

Meskipun sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, namun pengambilan keputusan atau decision making bukanlah hal yang mudah dilakukan. Tidak jarang berbagai kesalahan terjadi dalam proses pengambilan keputusan, menjadi keputusan yang buruk. Agar terhindar dari membuat kesalahan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain, kita perlu mengetahui hal-hal yang harus dihindari dalam proses pengambilan keputusan.

Dibawah ini beberapa kesalahan yang dapat mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan, diantaranya:

1. Bersikap impulsif atau terburu-buru

Bersikap impulsif atau terburu-buru dalam pengambilan keputusan, dapat mengakibatkan keputusan menjadi tidak optimal, bahkan buruk. Saat mengambil keputusan, penting untuk bersikap tenang dan memikirkan semua aspek yang perlu dipertimbangkan. Kumpulkan informasi yang cukup dan perhitungkan dampak jangka panjang yang mungkin dapat timbul di kemudian hari. Apabila kita terburu-buru dan melewati proses ini, maka keputusan yang diambil bisa jadi merupakan keputusan yang buruk.

2. Mengabaikan data dan fakta

Keputusan yang baik harus berdasarkan data dan fakta. Jika kita mengabaikan fakta dan data, besar kemungkinan keputusan tidak akurat dan berujung pada kesalahan. Sebelum mengambil keputusan penting, luangkan waktu mengumpulkan informasi berdasarkan data dan fakta. Hindari juga mengambil keputusan berdasarkan perasaan, asumsi, pengalaman, atau sudut pandang pribadi. Hal ini agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengidentifikasi akar permasalahan, dan dianggap tidak relevan.

3. Mengabaikan pilihan solusi lain

Kadang kita hanya fokus pada satu pilihan yang ada di depan mata saja tanpa melihat dan mempertimbangkan opsi atau pilihan lain yang mungkin lebih baik. Hal ini merupakan salah satu kesalahan yang wajib dihindari dalam pengambilan keputusan. Jika kita mengabaikan opsi lain dari setiap solusi yang ada, ini berarti kita hanya bermain aman saja dan melewatkan pilihan-pilihan lain yang mungkin lebih baik. Untuk itu, sebelum membuat keputusan, penting untuk mempertimbangkan dan melihat beberapa solusi lain yang mungkin lebih baik sebelum menentukan keputusan akhir.

4. Terlalu bergantung pada intuisi

Intuisi atau bisikan hati terkadang memang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, terlalu mengandalkan intuisi sepenuhnya tanpa mempertimbangkan fakta, informasi, dan masukan orang lain beresiko menjadi keputusan yang tidak relevan dengan akar permasalahan. Intuisi mudah dipengaruhi oleh faktor emosional dan bias pribadi, sehingga keputusan yang dibuat menjadi tidak rasional. Agar hasil keputusan lebih solid, kita perlu memadukan intuisi dengan informasi, data, atau fakta yang jelas dan relevan agar hasil keputusan menjadi lebih solid dan valid.

5. Takut mengambil resiko

Terlalu takut untuk mengambil resiko ternyata dapat menghambat proses pengambilan keputusan, karena kita hanya bermain aman dan bisa jadi melewatkan peluang besar. Terkadang kita perlu mengambil resiko sebagai peluang untuk belajar, dan mempertimbangkan manfaat yang bisa didapatkan jika keputusan berani yang kita ambil ternyata tepat. Yang terpenting, resiko yang kita ambil merupakan resiko yang terukur dan tidak merugikan atau berdampak negatif bagi mereka yang terlibat.

6. Terbawa emosi

Mengambil keputusan dalam keadaan emosional seperti, marah, sedih, atau terlalu bahagia ternyata dapat mempengaruhi hasil keputusan. Saat mengambil keputusan, coba untuk bersikap tenang dan berpikir dengan kepala dingin. Jika kita membuat keputusan dalam keadaan emosional, dapat mengaburkan penilaian rasional dan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu, kita perlu memiliki self-control yang baik saat mengambil keputusan.

7. Tidak meminta saran

Meskipun sudah merasa yakin dengan pendapat sendiri atas keputusan yang kita ambil, tapi saat mengambil keputusan tidak ada salahnya untuk meminta saran atau pendapat orang lain. Meminta saran orang lain dapat memberikan perspektif baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Jadi, jangan ragu untuk meminta pendapat atau masukan orang lain yang kita percaya dan berpengalaman.

Continue Reading

5 Skill yang Perlu Dikuasai dalam Teamwork

Teamwork merupakan keterampilan melakukan kerjasama dengan sekelompok orang dalam sebuah tim untuk mencapai tujuan atau target tertentu. Membentuk tim kerja yang efektif dan solid bisa dibilang cukup sulit. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk bisa menyatukan pemikiran dan prinsip orang-orang yang berada di dalam satu tim. Hal ini bukanlah perkara mudah untuk dilakukan. Untuk itu diperlukan skill yang harus dikuasai agar tim dapat berjalan efektif, diantaranya:

1. Komunikasi

Skill komunikasi menjadi yang terpenting dalam teamwork. Komunikasi mencakup kemampuan menerima, mengelola, dan menyampaikan informasi atau pesan secara efektif, baik melalui lisan maupun tulisan. Sehingga dapat diterima dengan baik oleh anggota lain.

Baik buruknya komunikasi setiap anggota tim dapat berpengaruh pada kualitas tim dalam menyelesaikan tugas, menghadapi konflik, berinteraksi, hingga membangun pola kerja yang efektif. Agar efisiensi, produktivitas, dan kualitas kerja terjaga, setiap orang yang ada dalam tim tidak saling menghambat satu sama lain. Oleh karenanya, anggota tim harus mampu menjalin komunikasi secara baik dan efektif.

2. Kolaborasi

Bisa dibilang kolaborasi dan kerjasama memiliki makna yang hampir sama. Sangat wajar jika kita menganggap skill kolaborasi sebagai keterampilan yang penting. Meskipun di dalam tim terdapat orang-orang yang memiliki keahlian yang baik, namun tidak adanya kolaborasi yang efektif, menyebabkan tim tidak bisa berjalan efektif.

Meskipun setiap orang memiliki ide, pemikiran, dan keahlian masing-masing, setiap anggota harus mengatasi ego pribadi dan memahami dinamika tim tujuan bersama. Pahami maksud dari ide dan saran yang disampaikan anggota lain. Coba untuk menggabungkannya dengan alternatif yang dimiliki untuk mencapai hasil yang terbaik. Jika, setiap anggota tim mampu bekerja sama dalam mengembangkan ide-ide baru tanpa merasa tersaingi, maka kolaborasi dapat berjalan efektif.

3. Empati

Empati sangat diperlukan dan menjadi salah satu tanda dari teamwork yang sehat. Keterampilan ini erat kaitannya dengan kemampuan memahami orang lain melalui pikiran, perasaan, dan perilaku mereka. Tingginya empati dalam tim dapat merekatkan masing-masing anggota tim dan menguatkan rasa saling memiliki. Dengan memahami perasaan dan kondisi rekan tim, anggota tim bisa lebih peka terhadap kebutuhan mereka. Sehingga tercipta suasana kerja yang suportif dan membantu mengatasi stres ataupu tantangan di tempat kerja.

4. Manajemen waktu

Manajemen waktu menjadi salah satu skill yang harus diperhatikan dalam teamwork. Manajemen waktu yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dengan kemampuan ini, tim dapat mengatur dan mengelola waktu secara efisien. Semua anggotanya bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas sesuai dengan deadline yang ditetapkan. Setiap anggota tim fokus pada tugas yang penting, meminimalisir tugas yang tidak perlu, dan mengoptimalkan penggunaan waktu. Dengan demikian, tim bekerja efisien dan efektif.

5. Manajemen konflik

Konflik dalam tim merupakan bagian alami dari sebuah interaksi manusia. Agar hubungan di dalam tim dapat berjalan dengan baik, perlu adanya manajemen konflik yang baik. Ketika terjadi konflik atau kesalahpahaman di dalam internal tim, manajemen konflik yang efektif berdampak  positif terhadap kerjasama tim dan menjaga hubungan kerja tetap harmonis.

Manajemen konflik melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi, menilai, dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Termasuk didalamnya pengelolaan emosi, negosiasi, dan mencari solusi. Kemampuan mengelola konflik dengan bijak dapat mendorong pertumbuhan dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota tim.

Continue Reading

Manfaat Memiliki Kemampuan Beradaptasi di Tempat Kerja

Dunia kerja semakin dinamis dalam berbagai aspek, mengharuskan kita mampu beradaptasi agar terus bertahan dan berkembang. Adaptasi merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, mulai dari perubahan lingkungan, situasi, atau kondisi.

Kemampuan beradaptasi membantu kita untuk lebih fleksibel dan siap menghadapi perubahan maupun tantangan di tempat kerja. Memiliki skill adaptasi yang baik juga berguna untuk kesuksesan kita ke depannya. Dilansir dari Forbes.com, sebuah survei menunjukkan 91% responden mengatakan bahwa karyawan yang paling sukses adalah orang-orang yang dapat beradaptasi dengan perubahan tempat kerja.

Berikut manfaat jika kita memiliki skill adaptasi yang baik di tempat kerja:

1. Siap menghadapi tantangan dan perubahan

Perubahan adalah satu hal yang pasti dalam hidup. Kita tidak bisa menolak dan harus mulai belajar untuk menerima perubahan. Untuk itu kita wajib mengasah skill beradaptasi. Memiliki kemampuan adaptasi yang baik, dapat menjadikan kita lebih fleksibel dalam mengatasi tantangan baru dan mempermudah menjalani perubahan. Daripada merasa terjebak atau cemas, lebih baik cepat menyesuaikan diri dengan situasi baru dan menjadi orang yang adaptif di dunia kerja.

2. Memiliki kesempatan baru

Kesempatan baru kadang menghampiri, namun seringkali kita ragu dan takut untuk mengambil kesempatan tersebut. Pada akhirnya kesempatan tersebut terlewatkan begitu saja. Dengan memiliki skill beradaptasi yang baik, kita akan lebih berani mengambil kesempatan yang muncul.

Hal ini karena kita sudah terbiasa dan bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan atau situasi. Kita menjadi lebih fleksibel dan tidak terjebak dalam pola pikir yang kaku. Kita juga makin bertumbuh, berkembang, dan belajar hal baru.

3. Menambah value diri

Di industri kerja perusahaan tentu ingin mempekerjakan karyawan dengan kemampuan beradaptasi yang baik agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terus terjadi. Memiliki kemampuan beradaptasi membuat kita menjadi lebih terbuka dengan hal-hal baru, mampu mengikuti perkembangan tren, belajar keterampilan baru, dan terus berinovasi. Dari hal inilah dapat menambah nilai atau value kita. Kita menjadi mampu bertahan, bahkan berkembang di dunia kerja.

4. Terhindar dari stres

Berdasarkan survei yang dilakukan American Psychological Association (APA) terhadap 1500 pekerja di Amerika, sebanyak 55% pekerja mengalami stres setelah mengalami perubahan. Perubahan pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Kita harus belajar untuk menerima dan berhenti menolak perubahan. Mulai beradaptasi dengannya. Mulai belajar untuk menerima dan menghadapi perubahan. Dengan demikian, menurunkan risiko stres, dan mampu menjalani kehidupan personal dan profesional dengan lebih baik.

Continue Reading

Manfaat Memiliki Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis atau critical thinking merupakan soft skill yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan kita sehari-hari. Termasuk saat harus mengambil tindakan, sebab banyak keputusan yang harus kita buat setiap harinya yang dapat berdampak pada masa depan kita.

Berpikir kritis memungkinkan kita untuk dapat mengevaluasi, memahami, dan merumuskan argumen dari informasi yang didapat. Aspek penting dari berpikir kritis yaitu, kemampuan membandingkan ide dengan jelas, lengkap, dan ringkas berguna dalam banyak hal. Contohnya, ketika ingin mengambil keputusan, kita sudah tahu apa pro dan kontra dari keputusan yang akan kita ambil.

Berikut manfaat yang didapatkan dengan memiliki kemampuan berpikir kritis:

1. Mudah menyelesaikan masalah

Manfaat pertama dari berpikir kritis, yaitu dapat menyelesaikan masalah secara efektif. Kemampuan berpikir kritis yang baik memungkinkan kita untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan sistematis, tepat, dan efektif. Dengan cara menganalisis masalahnya, mengidentifikasi penyebabnya, dan mencari solusi yang efektif dan masuk akal. Secara sederhana dapat diartikan bahwa sebelum memutuskan solusi yang akan dibuat, kita sudah menemukan benang merah dari permasalahan-permasalahan tersebut.

2. Mengambil keputusan terbaik

Orang yang berpikiran kritis biasanya mampu mempertimbangkan keputusan dan tindakan yang akan diambil secara hati-hati dan logis. Kemudian menganalisis pangkal masalah sebenarnya untuk mencari jalan keluar yang tepat.

Agar keputusan yang diambil tepat dan rasional, kita perlu mempertimbangkan berbagai argumen, mengevaluasi informasi secara objektif, menghindari bias, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan sebelum membuat keputusan. Sehingga terhindar dari keputusan yang impulsif atau asumsi semata. Artinya, keputusan yang diperoleh berdasarkan logika dan fakta.

3. Menjadi open-minded

Manfaat selanjutnya dari berpikir kritis yaitu menjadi lebih open-minded atau terbuka terhadap perbedaan. Berpikir kritis membantu kita memandang suatu hal dari berbagai sisi dan tidak menghakimi. Kita bisa tetap objektif dalam mencerna informasi atau argumen orang lain, meskipun hal tersebut bertentangan dengan sudut pandang kita. Contohnya, pada saat menerima informasi baru untuk mencari solusi atas masalah yang ada, kita bisa tetap objektif dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.

4. Melatih kemampuan komunikasi

Secara tidak langsung, berpikir kritis juga bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Berpikir kritis dapat mendorong kita untuk mengekspresikan pikiran dan pendapat secara sistematis. Dengan mengkomunikasikan ide-ide atau argumen yang terlintas di dalam kepala secara runut dan informatif, memudahkan orang lain memahami apa yang kita maksud.

Continue Reading

Jenis-jenis Komunikasi yang Perlu Dikuasai

Komunikasi memiliki beberapa jenis, diantaranya komunikasi verbal, komunikasi body language, dan komunikasi tertulis. Setiap jenis komunikasi ini memiliki manfaat dan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu jika ingin melakukan komunikasi, sebaiknya kita perlu memahami jenis komunikasi apa yang sebaiknya digunakan agar informasi atau pesan yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Menggunakan jenis komunikasi yang tepat juga akan menentukan arah komunikasi yang sedang dilakukan.

Berikut jenis-jenis komunikasi yang perlu kita ketahui:

1. Komunikasi verbal (Lisan)

Komunikasi verbal merupakan jenis komunikasi yang paling umum, yaitu komunikasi yang dilakukan secara lisan. Dalam dunia kerja komunikasi ini sering digunakan saat ingin melakukan presentasi, menyampaikan ide atau gagasan, pertukaran informasi, atau hanya sekedar melakukan percakapan biasa dengan rekan kerja. Saat melakukan komunikasi lisan dianjurkan untuk berbicara dengan jelas dan runut.

Saat melakukan komunikasi lisan kita harus menyesuaikan cara berbicara dengan memakai pendekatan yang tepat dan sesuai situasi dan kondisi. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan komunikasi lisan mulai dari memperhatikan artikulasi atau pengucapan, melatih nada bicara, mendengarkan dengan aktif, serta menyampaikan pesan dengan jelas dan ringkas.

2. Komunikasi Body Language

Saat menyampaikan dan menerima pesan atau informasi tidak selamanya kita hanya berfokus pada komunikasi lisan saja, agar lebih meyakinkan lawan bicara saat berkomunikasi kita juga perlu memperhatikan komunikasi menggunakan bahasa tubuh sebagai pelengkapnya. Komunikasi ini sama pentingnya dengan komunikasi lisan karena memberikan informasi tambahan yang tidak tersampaikan oleh kata-kata atau komunikasi lisan.

Komunikasi ini berkaitan dengan penggunaan bahasa tubuh (body language) seperti, ekspresi wajah, kontak mata, dan postur badan. Komunikasi ini juga dapat terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja.

3. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah bentuk komunikasi antara dua pihak atau lebih dengan menggunakan tulisan sebagai media utama. Sarananya bisa macam-macam, bisa berbentuk email, whatsapp, laporan tertulis, materi rapat, dll. Komunikasi tertulis kini sangat lazim digunakan di ranah profesional karena dapat menyampaikan informasi dengan lebih terstruktur dan terorganisasi. Komunikasi tertulis dianggap lebih formal dari skill komunikasi yang lain karena dibutuhkan perencanaan yang baik dan perhatian pada detail, seperti format, tata bahasa, ejaan yang jelas dan ringkas.

Karena tertulis, komunikasi ini memungkinkan rekaman pesan dan informasi yang penting sehingga bisa dibaca kembali di kemudian hari. Komunikasi tertulis juga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam bekerja karena semuanya tertulis sehingga bisa digunakan sebagai bukti apabila terjadi kecurangan.

Continue Reading

Tanda Kamu Terjebak di Lingkungan Kerja yang Toxic

Lingkungan kerja yang ideal adalah tempat pekerja merasa didukung, dihargai, dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik. Namun, tidak semua tempat kerja seperti itu. Ada lingkungan kerja yang justru menjadi sumber stres, ketidakpuasan, dan ketidakbahagiaan bagi orang yang bekerja didalamnya. Entah itu karena budaya kerja, ritme kerja, beban kerja, rekan kerja, atau hal-hal lainnya. Bila mengalami hal ini bisa jadi kamu terjebak dalam lingkungan kerja yang toxic atau tidak sehat.

Lingkungan kerja yang toxic dapat membuat orang yang bekerja didalamnya tidak betah saat bekerja. Lingkungan kerja yang toxic juga dapat berdampak besar pada produktivitas dan kemajuan karir seseorang. Lalu, apa saja tanda-tanda lingkungan kerja toxic? Yuk, kita bahas satu persatu:

1. Komunikasi yang buruk

Komunikasi adalah kunci untuk setiap hubungan, termasuk hubungan kerja. Buruknya komunikasi yang terjalin antara semua orang yang bekerja didalamnya, mulai dari kurangnya transparansi, tidak ada umpan balik, komunikasi yang kurang jelas dan ketidak konsistenan, menjadi indikasi bahwa tempat kerja tersebut toxic. Contohnya, ada informasi penting namun tidak disampaikan dengan benar, tidak ada kesempatan untuk memberikan masukan atau ide, dll. Jika hal ini terjadi terus menerus dapat menyebabkan kebingungan, frustasi, dan kesalahpahaman yang berkepanjangan.

2. Budaya kerja yang tidak sehat  

Adanya budaya kerja yang tidak sehat. Termasuk diantaranya, persaingan yang tidak sehat, keberpihakan terhadap salah satu orang, kurangnya profesionalisme, dan lain sebagainya. Ini semua termasuk kedalam budaya kerja yang tidak sehat. Jika menemukan hal ini, kita wajib waspada dan jangan ragu untuk melaporkan kepada atasan atau manajemen perusahaan. Namun, jika atasan membiarkannya dan malah memihak pada salah satu orang saja tanpa pertimbangan yang objektif bisa disimpulkan bahwa hal ini menjadi tanda lingkungan kerja yang kurang sehat.

3. Manajemen yang buruk

Manajemen yang buruk seringkali menjadi sumber utama lingkungan kerja toxic. Atasan atau manajemen yang otoriter, tidak mau menerima kritikan, diktator, tidak suportif, dan diskriminasi perlu diwaspadai karena mereka biasanya selalu merasa benar dan tidak mau menerima masukan. Mereka juga tidak peduli terhadap kesejahteraan karyawan dan sering membuat keputusan sepihak tanpa mempertimbangkan dampaknya. Apabila kondisi ini dibiarkan karyawan cenderung sulit untuk mengembangkan diri.

4. Tidak ada pengembangan karir

Lingkungan kerja yang ideal biasanya menyediakan kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan berkembang. Manajemen mendukung dan memfasilitasi karyawannya untuk memperluas keahlian, pengalaman, dan jaringan kerja. Namun, jika di tempat bekerja tidak memberikan fasilitas ini, ada kemungkinan ini mengindikasikan lingkungan kerja yang tidak sehat.

Kurangnya prospek untuk mengembangkan karir dapat menyebabkan menurunnya motivasi. Karyawan pun akan merasa bahwa kerja kerasnya tidak dihargai. Tanpa ada pelatihan atau pengembangan karir bisa berarti perusahaan tidak memikirkan karyawanya.

5. Beban kerja

Beban kerja yang berlebihan adalah tanda lain dari lingkungan kerja toxic. Karyawan yang terus-menerus diberikan tugas yang terlalu banyak tanpa dukungan atau sumber daya yang memadai, lama-kelamaan pasti merasa kewalahan dan kelelahan. Jika manajemen abai dan tidak peka terhadap kapasitas karyawannya dan bahkan terus menerus menambah beban kerja tanpa mempertimbangkan karyawannya, ini bisa menjadi tanda perusahaan hanya memikirkan kepentingannya saja. Bisa jadi tanda lingkungan yang toxic, dapat menyebabkan karyawan tersebut merasa tertekan, dan dapat menyebabkan mereka merasa stres dan burnout yang nantinya akan berdampak pada menurunnya kualitas kerja.

6. Turn over yang tinggi

Turnover karyawan merupakan penurunan jumlah karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam periode tertentu. Satu indikator lingkungan kerja toxic adalah tingginya turnover. Jika banyak karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam waktu singkat, ini indikasi bahwa ada masalah serius dalam budaya kerja atau manajemen perusahaan tersebut. Karyawan tidak bahagia atau tertekan dalam pekerjaannya, cenderung mencari pekerjaan lain yang lebih memuaskan. Untuk itu, perusahaan perlu memperhatikan ekosistem kerja di dalamnya, agar tidak mempengaruhi reputasi perusahaan.

Demikian beberapa tanda dari lingkungan kerja yang toxic. Jika di tempat kerjamu menemukan beberapa tanda ini sebaiknya mulai mempertimbangkan masa depan di kantor tersebut.  Tidak selamanya kita mampu menghadapi lingkungan kerja yang tidak sehat ini, justru dapat mempengaruhi kesehatan fisik maupun mental kita.

Continue Reading

Manfaat Time Management Yang Baik Saat Bekerja

Pernahkah kamu kewalahan dengan banyaknya tugas yang harus diselesaikan? Merasa bahwa tugas tersebut tidak ada habisnya? Lalu apa yang harus dilakukan jika kita berada dalam situasi ini?

Salah satu solusinya adalah dengan memiliki time management atau manajemen waktu. yang baik. Manajemen waktu adalah proses perencanaan beragam kegiatan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, kemudian melakukan pengontrolan dalam prosesnya.

Manajemen waktu menjadi salah satu skill yang penting dimiliki semua orang. Kita perlu belajar mengatur waktu seefektif mungkin, agar waktu yang kita punya tidak terbuang percuma. Waktu adalah hal yang tidak bisa dibeli ataupun diulang kembali. Memiliki manajemen waktu yang baik juga memungkinkan kita untuk bekerja lebih cerdas.

Berikut manfaat yang kita rasakan jika memiliki manajemen waktu yang baik:

1. Meningkatkan produktivitas

Manajemen waktu yang baik memungkinkan kita menyelesaikan lebih banyak hal dalam jangka waktu terbatas. Prioritas yang jelas dan jadwal kerja yang terstruktur membuat kita lebih fokus pada hal-hal yang penting. Kita dapat menyelesaikan tugas lebih cepat. Waktu kerja pun menjadi lebih efektif. Hal ini secara langsung berpengaruh pada produktivitas kita. Selain itu, performa kerja menjadi lebih baik.

2. Meminimalisir stres

Banyaknya tugas yang menumpuk dan harus diselesaikan, ditambah lagi dengan tenggat waktu yang ketat, menciptakan tekanan kerja yang berakibat pada stres kerja. Sangat penting mengelola waktu secara efektif agar stres bisa berkurang. Memiliki manajemen waktu yang baik memungkinkan kita memiliki kendali atas waktu. Kita juga menjadi punya waktu istirahat yang cukup sehingga stres kerja dapat berkurang. Kualitas kerja pun meningkat.

3. Work-life balance

Ada banyak faktor yang berpengaruh untuk mencapai work-life balance. Salah satu faktor yang paling besar adalah menerapkan manajemen waktu. Kita dapat mengatur keseimbangan antara jam kerja dan kehidupan pribadi dengan mengelola waktu secara efektif.

Memiliki manajemen waktu yang baik juga memastikan bahwa tidak hanya pekerjaan yang mendapatkan perhatian, tetapi juga aspek-aspek lain dalam hidup seperti keluarga, kesehatan, dan hobi. Ini memungkinkan kita menemukan keseimbangan. Namun, hal ini dapat dilakukan jika kita mampu mengatur waktu kerja dengan efisien sehingga dapat menyelesaikan semua tugas di jam kerja. Diluar jam kerja tidak perlu lagi mengkhawatirkan tugas yang belum diselesaikan.

4. Lebih fokus

Membuat schedule waktu dari masing-masing tugas mencegah kita melakukan terlalu banyak pekerjaan sekaligus. Prioritas yang jelas dan jadwal kerja yang terstruktur membantu kita untuk lebih fokus. Pekerjaan dapat selesai tepat waktu. Berusahalah untuk mengerjakan apa yang sudah dijadwalkan. Jangan mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak berkaitan dengan tugas.

5. Menghindari kebiasaan menunda

Kebiasaan menunda sering menjadi musuh besar bagi sebagian kita. Untuk mengurangi kebiasaan ini kita perlu membuat perencanaan waktu yang rapi. Kita tahu apa yang harus dilakukan dan kapan harus dikerjakan. Seiring berjalannya waktu kita menjadi lebih disiplin. Kebiasaan menunda menjadi berkurang.

Manajemen waktu yang baik dapat menghindari kita dari kebiasaan menunda. Selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, berpengaruh terhadap image kita sebagai orang yang dapat diandalkan.

Continue Reading

Hidup Tenang Dengan Pemikiran Positif

Positive thinking (berpikir positif) adalah cara berpikir tanpa melihat dari sisi negatif dan dapat mengambil hikmah dibalik masalah yang menimpa. Meskipun terkesan simpel, berpikir positif merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Terutama ketika sedang tertimpa masalah tidak jarang kita berpikir negatif.

Meskipun sulit, memiliki pemikiran positif membuat hidup terasa jauh lebih tenang. Melalui pikiran yang tenang inilah tubuh merespon dengan cara yang sama.

“If you have good thoughts they will shine out of your face like sunbeams and you will always look lovely” – Roald Dahl

Itulah alasan mengapa kita harus selalu berpikir positif. Pikiran positif selalu memancarkan energi positif dan membuat kita terlihat menyenangkan. Daya tarik inilah yang kemudian akan membawa kita ke arah yang lebih positif.

Berikut langkah-langkah agar bisa memiliki pikiran positif:

1. Selalu bersyukur

Selalu bersyukur atas apa yang dimiliki merupakan hal yang membuat kita bahagia. Banyak hal di dunia ini yang patut kita syukuri. Kita pun harus selalu mengingat bahwa ada banyak kebahagiaan yang bisa disyukuri hingga saat ini, seperti memiliki keluarga, sahabat, pekerjaan, dan lain sebagainya.

Meskipun manusia tentu tidak lepas dari permasalahan hidup, namun dengan selalu bersyukur dan berpikir bahwa masalah yang menimpa adalah upaya Tuhan untuk mendewasakan diri kita, maka tubuh kita akan merespon dengan baik pula, agar kedepannya kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

2. Fokus pada hal-hal baik

Setiap orang pasti pernah melakukan dan melewati hal-hal baik dalam hidupnya. Mengingat-ingat kembali peristiwa atau kebaikan yang pernah dirasakan atau dilakukan dapat membuat kita untuk selalu bersyukur dan memiliki pemikiran positif. Berbuat baik juga dapat mengubah pikiran menjadi lebih positif. Untuk itu jangan ragu melakukan hal-hal baik dan positif pada siapa pun.

3. Berteman dan berkumpul dengan orang yang tepat

Ada pepatah mengatakan bertemanlah dengan orang-orang baik maka hal baik akan menular pada kita. Begitupun sebaliknya jika kita berteman atau berkumpul dengan orang-orang yang toxic, maka kita bisa ikut terpengaruh dan mengikuti kebiasaan toxic pula. Untuk itu, kelilingi diri dengan orang-orang yang memiliki pikiran positif dan optimis sehingga dapat membawa kita pada sisi yang lebih baik.

4. Optimis

Apakah kamu orang yang optimis? maka berbahagialah. Menurut penelitian di Amerika, mereka yang optimis memiliki usia lebih panjang. Orang-orang yang optimis cenderung berpikir positif. Cara berpikir tersebut membuat mereka memiliki usia lebih panjang 11 hingga 15% dibanding orang yang pesimis.

Orang-orang yang memiliki optimisme biasanya cenderung menghindari merenung terlalu lama ketika mengalami kegagalan atau peristiwa negatif yang dialaminya. Selain itu, mereka juga pintar mengelola kondisi emosionalnya. Mereka tidak takut akan kegagalan dan melihat peristiwa atau kejadian dari sisi positifnya. Namun, sikap optimis yang berlebihan juga tidak baik karena dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu percaya diri dan sombong.

5. Beri afirmasi positif pada diri sendiri

Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Ahli kritik terpedas juga biasanya datang dari diri sendiri. Hal ini disebabkan kita cenderung sulit mengatakan hal-hal baik dan positif pada diri sendiri. Mulai sekarang, mulailah untuk berbicara hal baik atau afirmasi positif pada diri sendiri. Dengan mulai membiasakan kebiasaan ini, kita akan mengurangi kebiasaan beropini negatif, dan menyalahkan diri sendiri atas segala hal yang terjadi dalam hidup.

Continue Reading

Kerja Sesuai Passion atau Harus Realistis?

Kerja sesuai passion atau realistis saja dengan pekerjaan yang ada? Pertanyaan ini pasti sering muncul saat ingin memulai karir dan bekerja. Lalu mana yang sebaiknya harus dipilih?

Banyak yang bilang kerja akan lebih menyenangkan apabila sesuai dengan passion, disisi lain banyak juga yang bilang harus realistis dengan pekerjaan yang ada karena minimnya lowongan kerja dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat saat ini.

Kebimbangan memilih antara passion atau realistis adalah hal yang sering dialami oleh Sebagian besar pencari kerja. Memilih antara keduanya juga bukanlah keputusan yang mudah. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Selain itu, hal ini juga merupakan proses yang rumit dan personal. Setiap orang pasti memiliki pemikiran, pilihan, dan pertimbangan masing-masing.

Berikut kelebihan dan kekurangan bekerja sesuai passion vs realistis:

Bekerja sesuai passion

Setiap orang pasti menginginkan bekerja di bidang yang disukai atau sesuai passion. Alasannya agar bisa menikmati apa yang dikerjakan. Bagi sebagian orang bekerja sesuai passion dipercaya mendatangkan kebahagiaan, kepuasan kerja, lebih percaya diri, dan termotivasi.

Bagaimana tidak? Selain lebih semangat karena melakukan pekerjaan yang dicintai, kita juga dibayar atas apa yang dikerjakan. Bekerja sesuai passion juga terasa lebih mudah. Kita merasa mampu sehingga bekerja pun terasa lebih enjoy.

Namun bekerja sesuai passion juga memiliki kekurangan. Mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion butuh proses. Beberapa orang bahkan perlu mengeksplorasi minat hingga pada akhirnya menemukan passion yang dicari selama ini.

Selain itu berkarir di bidang yang disukai atau sesuai passion terkadang memiliki kendala. Tidak semua keahlian memiliki prospek kerja yang menjanjikan. Bahkan ada kalanya menemui kesulitan finansial karena pekerjaan yang dicintai tidak selalu dibayar dengan baik.

Tapi, perlu diingat juga passion tidak selalu mendefinisikan pekerjaan yang dimiliki. Untuk itu jika ingin bekerja sesuai passion, kita perlu berusaha lebih keras dibandingkan orang lain. Kita juga harus sering-sering mengasah skill atau kemampuan agar mampu bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan dunia kerja.

Bekerja sesuai yang ada (realistis)

Memilih bekerja realistis juga menjadi pilihan yang banyak diambil. Di tengah persaingan kerja yang semakin ketat tidak semua orang beruntung untuk dapat bekerja atau berkarir sesuai dengan passion-nya. Ada banyak orang di luar sana yang juga menginginkan pekerjaan tersebut.

Selain itu, rata-rata orang yang memilih bekerja realistis biasanya memiliki berbagai alasan misal gaji yang lebih besar, peluang karir yang lebih menjanjikan, dan lowongan atau lapangan kerja yang tersedia. Ini merupakan hal yang normal dan banyak dipilih karena dianggap lebih aman dan memberikan kepastian.

Bekerja realistis juga memberi kita kesempatan untuk menabung atau investasi ilmu, pengalaman, kesempatan belajar, dan meningkatkan kemampuan diri.

Namun selain memiliki kelebihan, bekerja realistis juga memiliki kekurangan. Ada risiko kebosanan dan kekurangan motivasi. Hal ini dapat muncul jika kita tidak dapat menemukan kepuasan atau minat yang cukup di pekerjaan yang dijalani.

Kesimpulannya tidak ada yang salah dari keduanya. Bekerja sesuai passion maupun realistis sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Semua itu kembali ke tujuan yang ingin dicapai. Bekerja sesuai passion memang menyenangkan, memuaskan, dan memberi kebahagiaan tersendiri. Begitu juga bekerja tidak sesuai passion juga tidak salah. Banyak alasan personal mengapa seseorang akhirnya memilih pekerjaan apa saja yang tersedia di depan mata. Apapun alasannya dan apapun pilihanya yang terpenting adalah kita wajib menjalani pekerjaan tersebut sebaik mungkin.

Continue Reading

LOWONGAN KERJA!

“Ingin mengembangkan karier di dunia audit bersama tim yang profesional dan berpengalaman? Kami membuka kesempatan bagi Anda untuk bergabung sebagai Supervisor, Senior Staff, dan Junior Staff di kantor akuntan publik. Jika Anda memiliki minat dalam audit eksternal, memiliki ketajaman analitis, semangat untuk terus berkembang, dan ingin berkontribusi dalam proyek-proyek menantang, inilah saatnya untuk mengambil langkah berikutnya dalam karier Anda!”

Kualifikasi untuk Supervisor:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi.
  • Sertifikasi: Lebih diutamakan jika memiliki gelar profesi atau sedang dalam proses memperoleh CPA (Certified Public Accountant).
  • Pengalaman: Minimal lima tahun pengalaman kerja di bidang audit eksternal, dan setidaknya dua tahun di posisi supervisi.

Kompetensi:

  • Mampu menganalisis laporan keuangan dan mengidentifikasi ketidaksesuaian atau potensi risiko.
  • Memahami dan mampu menerapkan standar akuntansi (PSAK, IFRS, GAAP), regulasi terkait audit, dan praktek terbaik dalam industri audit.
  • Dapat menginterpretasikan data keuangan dan menemukan pola atau anomali dalam transaksi.
  • Menguasai proses audit dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian audit.
  • Mampu mengidentifikasi permasalahan yang kompleks dalam proses audit dan mencari solusi sesuai dengan regulasi dan standar audit.
  • Memahami metodologi audit berbasis risiko dan strategi pengujian substantif serta compliance testing.
  • Mampu menyusun dan menyampaikan laporan audit secara jelas dan profesional. 
  • Mampu berkomunikasi secara efektif dengan klien untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 
  • Memiliki keterampilan negosiasi yang baik dalam menjelaskan temuan audit kepada klien.
  • Mampu memimpin tim audit, memberikan arahan, dan memfasilitasi pertemuan audit.
  • Dapat bekerja secara independen maupun dalam tim dengan supervisi minimal.
  • Memiliki kemampuan supervisi yang kuat untuk mengelola tim, memprioritaskan pekerjaan, dan mengatasi tantangan yang muncul selama proses audit.
  • Dapat membimbing dan mengembangkan anggota tim.
  • Menjunjung tinggi kode etik profesi auditor dan prinsip independensi. 
  • Memiliki sikap skeptis profesional yang kuat dalam melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan.

Kualifikasi untuk Senior Staff:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi
  • Pengalaman: Minimal dua tahun dalam audit eksternal di Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kompetensi:

  • Mampu melakukan analisis yang mendalam terhadap laporan keuangan dan risiko audit.
  • Memahami standar akuntansi (PSAK, IFRS, dan GAAP) serta regulasi terkait audit.
  • Memahami proses audit dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian audit.
  • Mampu mengidentifikasi ketidaksesuaian dan permasalahan dalam proses audit.
  • Memiliki kemampuan komunikasi verbal dan tertulis yang baik, termasuk dalam menyampaikan hasil audit kepada klien.
  • Mampu membimbing dan mengarahkan junior auditor dalam pelaksanaan tugas audit. 
  • Dapat bekerja secara independen maupun dalam tim dengan supervisi minimal.
  • Mampu mendokumentasikan tugas-tugas atau temuan audit dengan jelas dan terstruktur.
  • Memiliki keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang baik.
  • Teliti dalam mengolah data dan informasi audit.
  • Menjunjung tinggi kode etik profesi auditor dan prinsip independensi.
  • Memiliki sikap skeptis profesional yang kuat dalam melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan.

Kualifikasi untuk Junior Staff:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi
  • Pengalaman: lulusan baru (freshgraduate) atau memiliki satu tahun pengalaman dalam audit eksternal di Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kompetensi:

  • Memahami dasar-dasar akuntansi keuangan, auditing dan perpajakan.
  • Mengenali standar akuntansi yang berlaku, seperti PSAK, IFRS, atau GAAP.
  • Memiliki pemahaman tentang proses audit eksternal dan risiko audit.
  • Mampu menganalisis laporan keuangan dan mengidentifikasi ketidaksesuaian dasar.
  • Mampu mendokumentasikan tugas-tugas atau temuan audit dengan jelas dan terstruktur.
  • Memiliki keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang baik.
  • Teliti dalam mengolah data dan informasi audit.
  • Mampu mengarahkan diri sendiri dan bekerja dengan tenggat waktu yang ketat. 
  • Mampu bekerja dalam tim dan memiliki komunikasi yang baik dengan kolega dan klien.
  • Menjunjung tinggi kode etik profesi auditor dan prinsip independensi. 
  • Memiliki sikap profesional yang kuat dalam melakukan peran sebagai auditor.

Kesempatan ini terbuka bagi Anda yang ingin berkembang dan berkontribusi di dunia audit eksternal. Jika Anda memenuhi kualifikasi dan siap untuk mengambil tantangan baru, jangan ragu untuk melamar!

Kirimkan CV dan surat lamaran Anda ke rekrutmen@akuntansi.id  dengan mencantumkan posisi yang dilamar dan nama Anda di subjek email (contoh: supervisor_Abidin) sebelum Jumat, 30 Mei 2025.  Kami tunggu kehadiran Anda dalam tim kami!”

Continue Reading
1 2 3 7